Pranatan Islam, Cambridge University Library (Gg.5.22), sebelum 1609, #922 (Pendahuluan: Indonesia)

Judul
Sambungan
1. Pranatan Islam, Cambridge University Library (Gg.5.22), sebelum 1609, #922. Kategori: Agama dan Kepercayaan > Wulang.
» Pranatan Islam, Cambridge University Library (Gg.5.22), sebelum 1609, #922 (Pendahuluan: Indonesia). Kategori: Agama dan Kepercayaan > Wulang.
» Pranatan Islam, Cambridge University Library (Gg.5.22), sebelum 1609, #922 (Pendahuluan: Inggris). Kategori: Agama dan Kepercayaan > Wulang.
Citra
Terakhir diubah: 21-01-2024

Pencarian Teks

Lingkup pencarian: teks dan catatan-kakinya. Teks pencarian: 2-24 karakter. Filter pencarian: huruf besar/kecil, diakritik serta pungtuasi diabaikan; karakter [?] dapat digunakan sebagai pengganti zero atau satu huruf sembarang; simbol wildcard [*] dapat digunakan sebagai pengganti zero atau sejumlah karakter termasuk spasi; mengakomodasi variasi ejaan, antara lain [dj : j, tj : c, j : y, oe : u, d : dh, t : th].

Pendahuluan

Teks Tertua Islam-Jawa di Perpustakaan Universitas Cambridge[1]

Majid Daneshgar[2] dan Edwin P. Wieringa[3]

Januari 2024

Latar Belakang

Naskah CUL.Gg.5.22 patut dipercaya sebagai teks tertua Islam-Jawa yang tersimpan di Perpustakaan Universitas Cambridge (CUL), pun salah satu sumber-Jawa pertama yang mendarat di Inggris.[4] Ia satu dari sekian naskah oriental milik Thomas Erpenius, seorang Arabis dan orientalis terkemuka berkebangsaan Belanda. November 1624, Erpenius wafat. Tak sedikit kalangan sarjana dan pustakawan yang gigih membeli koleksi Erpenius melalui istrinya, Jaecquemina Buyes.[5] Setahun kemudian (1625), terutama atas permintaan George Villiers (Adipati Pertama Buckingham yang belakangan menjadi rektor Universitas Cambridge), koleksi naskah Erpenius jatuh ke tangan keluarga Kerajaan Britania.[6] Agustus 1628, George terbunuh. Selama bertahun-tahun kemudian, sang janda, Katherine Villiers, berusaha mencarikan tempat permanen bagi koleksi tersebut sebelum akhirnya dia menghibahkannya ke CUL pada Musim Panas 1632.

Gg.5.22 terdiri dari tiga bagian: (1) yurisprudensi Islam (fiqh), membahas ibadah/ritual wajib; (2) ulasan-ulasan singkat soal ramalan; dan (3) prinsip-prinsip iman dalam format katekismus (doktrin aqidah).[7] Pada folio pertama, di atas lukisan bunga, ada dibubuhkan huruf "S"; itu menunjukkan bahwa naskah ini adalah milik Joseph Justus Scaliger, mentor Erpenius. Huruf "S" mungkin merujuk pada cara "Erpenius secara konsisten membubuhkan huruf "S" sebagai karya Scaliger [Kitab al-Amthal]."[8] Berangkat dari asumsi bahwa naskah ini sebelumnya adalah milik Scaliger, maka terminus ante quem-nya jadi diketahui, yakni 1609, tahun wafatnya Scaliger.

Tak lama sepeninggal Erpenius, terbitlah sebuah handlist (daftar tangan) dari perpustakaan pribadinya. Namun, para penyusun harus membatasi diri mereka pada deskripsi yang paling tentatif dari naskah Gg.5.22 ini:

Liber Indicus alijs characteribus ignotis, & magnam partem aliquo modo referentibus omega Graecorum, cum longis caudis, rectā deorsum tendentibus, in Fol.[9]

Sebuah buku berlatar belakang India, menggunakan karakter yang masih asing, dan sebagian besar, dengan cara tertentu, lekas mengingatkan kita pada huruf omega [Ωω]-nya bahasa Yunani, berekor panjang menjulur lurus ke bawah di bagian kanan. Ukurannya folio (besar).[10]

Naskah ini, cukup lama bahasa dan isinya menjadi misteri bagi orang Eropa. Gg.5.22, ditambah dengan satu buku kedokteran Tiongkok yang tak lengkap (CUL.Sel.3.273),[11] merupakan bagian dari item koleksi India dan Asia Timur-nya Erpenius. Jonathan Pinder, katalogis pertama koleksi Erpenius di CUL, berdasarkan konsultasinya pada Abraham Wheelock (w. 1653) dan pejabat lain Kerajaan Inggris, serta mungkin berdasarkan sebuah karya Jawa-kuno lainnya di Leiden (Cod. Or.1928),[12] mendeskripsikan manuskrip ini sebagai "Buku Jepang" (Liber Japonica) dengan tanda kelas A.β.4. Pengetahuan tentang bahasa-bahasa Asia pada abad-17 dan awal abad-18 di Eropa masih amat terbatas seperti terlihat jelas pada dua judul berbahasa Latin berikut yang dibubuhkan ke naskah ini pasca-hadirnya di Inggris:

Front Matter (Bagian Awal): Liber Japonicus Charactin Japonica ('A Japanese book with Japanese characters') [Ditambahkan di Inggris selepas 1625 tatkala koleksi ini dibeli oleh George Villiers].

Back Matter (Bagian Akhir): gg–5–22 ms. Japanicũ ('Gg.5.22 Japanese manuscript') [Ditambahkan selepas 1715 tatkala klasifikasi dua huruf—seperti Gg.—dikreasikan]

Fitur Fisik

Gg.5.22 ditulis pada periode transisi Hindu-Buddha ke Islam. Jadi, sangat kuno. Asal-usulnya tak diketahui, namun besar kemungkinan dari pasisir (pantai) utara Jawa, tempatnya berpindah tangan dan kelak terangkut ke Eropa. Ia disalin di atas kertas Jawa dluwang (atau daluang) "buatan tangan dari serat kulit pohon murbei, Broussonetia papyrifera, yang di Indonesia dikenal sebagai pohon saeh."[13]

Kondisi fisiknya ringkih: longgar, rapuh, dengan penjilidan Inggris pasca abad ke-17 (mungkin dijilid di dalam buku lain), dimulai dari halaman 39 dan mencakup 81 halaman (hlm. 39–119), diikuti oleh 9 halaman kosong—total 133 faksimili digital termasuk materi depan dan belakang. Seorang Eropa memilah-milahnya jadi empat bagian dan kemudian menerakan angka Arab (1, 2, 3, 4)—perlakuan serupa juga dialami naskah-naskah lain milik Erpenius (misal: Ii.6.45, Ll.6.5). Selain huruf "S" kapital yang merujuk pada inisial nama Scaliger tadi, sejumlah informasi berharga tersaji pada folio pertama naskah Gg.5.22, antara lain: jejak-jejak nama dan gelar dalam aksara Arab (di bawah mikroskop akan tampak jelas) serta jejak bingkai beriluminasi.

Isi

Lazimnya teks-teks Islam, halaman pembukaan bagian pertama (p. 39) diwiwiti dengan lafal Bismillahirrahmanirrahim yang dikuti dengan sakèhing puji ing Allah, Pangeraning alam kabèh (segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam) yang notabene alih-bahasa dari alhamdulillahirabbil'alamin. Istilah yang digunakan untuk Allah/Tuhan adalah Pangeran. Jika dalam bahasa Jawa Modern ia adalah istilah standar untuk menyebut seorang pangeran, di sini, dalam bahasa Jawa Kuno, makna pra-Islam-nya masih kental: "sosok yang dinanti-nanti, tuan atau majikan."[14] Riset terbaru epigrafi pada prasasti di Sumatera abad-15 juga menunjukkan, istilah Melayu untuk Tuhan (Tuan/Tuhan) digunakan pada sejumlah perempuan yang telah wafat.[15] Jadi, bisa dikatakan, Pangeran (Jawa) dan Tuhan (Melayu), keduanya beda fungsi selama periode pertumbuhan Islam di Indonesia.

Ritual dasar dan aturan hukum dari agama yang relatif baru itu diulas di teks pertama (pp. 39–109). Tiga buku Arab (kitab) berikut disebut-sebut sebagai sumber (p. 39), yakni: (1) Kitab Muharar atau al-Muḥarrar (Buku yang Tersunting secara Cermat); (2) Kitab Ilah atau Iḍāḥ fī al-Fiqh (Uraian tentang Fiqh); dan (3) Kitab Sujjai. Kitab terakhir mungkin adalah ikhtisar dari fiqh mazhab Syafi'i yang dijuduli sesuai nama penulisnya, (Abū) Shujā' (w. pasca-1196 M). Karya-karya hukum Shujā' banyak disalin dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu di atas dluwang.[16] Menariknya, dalam Cênthini, ketiga karya masyhur tadi ada disinggung, yakni sebagai buku teks yang paling otoritatif dalam yurisprudensi Islam.[17] Kendati sebagiannya berasal dari materi yang jauh lebih kuno, Cênthini disusun pada awal abad-19.

Bagian pertama dari Gg.5.22 memuat sekian koreksi dan catatan pinggir, lalu dipungkasi dengan sepasang tanda baca Jawa yang mengapit sebuah frasa Arab: والله اعلم بالصواب (wallahu a'lam bi ash-shawab). Artinya: "dan hanya Allah-lah yang lebih tahu kebenarannya."

Tak beda dengan bagian terakhir naskah Melayu Dd.5.37 di Perpustakaan Erpenius, bagian berikutnya berupa teks-ramalan pendek. Yang dibahas adalah gerhana matahari dan rembulan (pp. 109–111), lalu diikuti fragmen singkat dari doktrin aqidah (pp. 111–119). Isyarat langit terkait matahari dan rembulan diinterpretasikan sebagai tandha saking Pangeran (isyarat Tuhan). Dibandingkan episode serupa dalam Cênthini, informasi ini lebih singkat. Gerhana rembulan pada bulan ketiga kalender Islam, yakni Rabingulawal atau Rabī' al-awwal, misalnya, dipercaya sebagai pertanda dari akan terjadinya kelaparan di mana-mana; adapun di Cênthini jadi pertanda bahwa kelak banyak kematian dan berlimpah hujan-badai. Minat pada ilmu gaib terbukti hadir di banyak naskah Jawa dan menjadi bagian tak terpisahkan dari primbon (buku pegangan atau buku catatan) Jawa. Contoh, primbon abad-16 suntingan Drewes, teksnya berisi ramalan pendek tentang distonia (otot yang bergerak-gerak sendiri tanpa kendali).[18] Teks terakhir dalam Gg.5.22 dijuduli Kitab Usul Agama atau buku tentang uṣūl al-ḍīn: doktrin-doktrin aqidah yang perlu diketahui setiap muslim. Format katekismus ala Kitab Usul Agama memakai gaya "tanya-jawab" (soal kalawan jawab), yakni: "jika Anda ditanya..." (lamun sira tinakonan...), maka "jawablah [dengan]..." (sauranira...).

 


Versi singkat dari pendahuluan ini diterbitkan oleh Majid Daneshgar dan Edwin P. Wieringa, "The Oldest Javanese Islamic Text at Cambridge University Library", Cambridge University Library Special Collections (2023). (kembali)
Associate Profesor Studi Kawasan, Pusat Studi Asia Tenggara, Universitas Kyoto, Jepang, dan Mantan Munby Fellow, Perpustakaan Universitas Cambridge bekerja sama dengan St John's College, Universitas Cambridge, Inggris. (kembali)
Profesor Filologi Indonesia dan Studi Islam, Universitas Cologne, Jerman. (kembali)
Perlu dicatat bahwa sebagian besar manuskrip Erpenius, termasuk yang ini, dibeli oleh Adipati Inggris, George Villiers, pada tahun 1625. (kembali)
Juga, Jacomina, Bruyes dan juga Buys. Terima kasih kami sampaikan kepada Arnoud Vrolijk atas sarannya mengenai masalah ini. (kembali)
Lebih lanjut, lihat: Edward G. Browne, A Catalogue of the Persian Manuscripts in the Library of the University of Cambridge (Cambridge: University Press, 1896). (kembali)
M. Ricklefs, P. Voorhoeve dan A. T. Gallop, Indonesian Manuscripts in Great Britain: A Catalogue of Manuscripts in Indonesian Languages in British Public Collections (Jakarta: Ecole française d'Extrême Orient, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia [dan] Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2014), 55. (kembali)
Kasper van Ommen, "Josephus Justus Scaliger", di Christian-Muslim Relations: A Bibliographical History, diedit oleh David Thomas dan John Chesworth, dkk. (Leiden: Brill, 2016), viii:553–560. (kembali)
Lihat: Gerardus Joannes Vossius, Oratio in orbitum Thom. Erpenii, oriental. linguarum in Acad. Leidensi professoris accedit funebria carmina: item catalogus librorum orient. in bibliotheca Erpeniana (Lagduni Batavorum: ex Officina Erpeniana, 1625). (kembali)
10 Untuk informasi lebih lanjut mengenai deskripsi ini dan sejarah manuskrip-manuskrip lainnya di Perpustakaan Universitas Cambridge, lihat: John C. T. Oates, Cambridge University Library: A History From the Beginnings to the Copyright Act of Queen Anne (Cambridge: Cambridge University Press, 1986), I: 223. (kembali)
11 Terima kasih kami sampaikan kepada Yan He, Kepala Jurusan Tiongkok di Perpustakaan Universitas Cambridge, atas sarannya yang bermanfaat. (kembali)
12 Or.1928 diberi judul "Liber Japonensis" ('karya Jepang'), mungkin oleh Profesor Belanda, Bonaventura Vulcanius (w. 1614). Terima kasih kepada Willem van der Molen yang telah menarik perhatian kami pada naskah di Perpustakaan Universitas Leiden ini. (kembali)
13 Annabel T. Gallop, "Malay Manuscripts on Javanese Paper". BL Asian and African studies blog (2014). Diakses 20 May 2023. (kembali)
14 M. C. Ricklefs, Mystic Synthesis in Java. A History of Islamization from the Fourteenth to the Early Nineteenth centuries (Norwalk: EastBridge, 2006), 22. (kembali)
15 Majid Daneshgar, Gregorius Dwi Kuswanta, Masykur Syafruddin, dan R. Michael Feener, "A 15th-Century Persian Inscription from Bireuen, Aceh: An Early 'Flash'of Sufism before Fanṣūrī in Southeast Asia," di: Malay-Indonesian Islamic Studies: A Festschrift in Honor of Peter G. Riddell, diedit oleh Majid Daneshgar dan Ervan Nurtawab (Leiden: Brill, 2022), 86–105. (kembali)
16 Lihat: Ms Or_15 di Perpustakaan Universitas Marburg, Jerman. (kembali)
17 Untuk identifikasi karya-karya ini dan rincian bibliografi lebih lanjut, lihat: Soebardi, "Santri-religious Elements as Reflected in the Book of Tjĕnṭini," Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 127 (1971), 335–336. (kembali)
18 G. W. J. Drewes, Een Javaanse primbon uit de zestiende eeuw (Leiden: Brill, 1954), 94–95. (kembali)