/sastra/katalog/judul/judul.inx.php
Amir Ambyah, British Library (MSS Jav 45), 1808, #1037
Katalog #:1037
Jumlah kata:68.222
Amir Ambyah, British Library (MSS Jav 45), 1808, #1037: Citra 1 dari 8
Amir Ambyah, British Library (MSS Jav 45), 1808, #1037: Citra 2 dari 8
Amir Ambyah, British Library (MSS Jav 45), 1808, #1037: Citra 3 dari 8
Amir Ambyah, British Library (MSS Jav 45), 1808, #1037: Citra 4 dari 8
Amir Ambyah, British Library (MSS Jav 45), 1808, #1037: Citra 5 dari 8
Amir Ambyah, British Library (MSS Jav 45), 1808, #1037: Citra 6 dari 8
Amir Ambyah, British Library (MSS Jav 45), 1808, #1037: Citra 7 dari 8
Amir Ambyah, British Library (MSS Jav 45), 1808, #1037: Citra 8 dari 8
Koleksi (digital) :
1. Amir Ambyah, British Library (MSS Jav 45), 1808, #1037 (Pupuh 01–22). Kategori: Kisah, Cerita dan Kronikal > Riwayat dan Perjalanan. Tanggal diunggah: 1-Sep-2024. Jumlah kata: 16.757. Berapa kali dibuka: 564.
2. Amir Ambyah, British Library (MSS Jav 45), 1808, #1037 (Pupuh 23–44). Kategori: Kisah, Cerita dan Kronikal > Riwayat dan Perjalanan. Tanggal diunggah: 1-Sep-2024. Jumlah kata: 16.468. Berapa kali dibuka: 271.
3. Amir Ambyah, British Library (MSS Jav 45), 1808, #1037 (Pupuh 45–66). Kategori: Kisah, Cerita dan Kronikal > Riwayat dan Perjalanan. Tanggal diunggah: 1-Sep-2024. Jumlah kata: 17.188. Berapa kali dibuka: 271.
4. Amir Ambyah, British Library (MSS Jav 45), 1808, #1037 (Pupuh 67–88). Kategori: Kisah, Cerita dan Kronikal > Riwayat dan Perjalanan. Tanggal diunggah: 1-Sep-2024. Jumlah kata: 17.809. Berapa kali dibuka: 269.
» Amir Ambyah, British Library (MSS Jav 45), 1808, #1037. Pangkalan-data > Tembang macapat.
Ikhtisar :
Kisah ini mengikuti perjalanan Amir Ambyah, putra Raja Mekah yang terancam bahaya sejak kecil, dan transformasinya menjadi Jayengmurti, seorang pahlawan sakti mandraguna (kekuatan gaib). Dalam petualangannya, ia menaklukkan raja-raja, mengislamkan wilayah yang dilalui, dan menghadapi tipu daya Raja Nursewan, semua demi mencapai tujuannya dan mengalahkan musuh-musuhnya. Manuskrip ini ditulis oleh Mas Ajêng Wăngsalêksana dari Jipang, seorang pengembara (sujalma midrê lêlana), yang melakukan perjalanan ke tanah Nggirasêkar dan akhirnya menetap di sebuah desa bernama Garobogan. Berikut adalah ringkasan cerita Amir Ambyah sebagaimana tersurat dalam naskah ini.

Amir Ambyah dan Umarmaya, putra dari Raja Mekah bernama Ngabdul Muntalib, diancam akan dibunuh oleh Raja Nursewan dari Madayin saat masih berusia tiga tahun. Untuk melindunginya, Amir Ambyah diungsikan ke pondok seorang pengulu (kyai) di desa Baleki, di mana ia belajar dan tumbuh menjadi anak yang cerdas, gagah, dan sakti mandraguna.

Setelah dewasa, Amir Ambyah berganti nama menjadi Jayengmurti, bersama sang kakak Umarmaya memutuskan untuk kembali ke Mekah. Dalam perjalanannya, mereka berhasil menaklukkan banyak raja-raja di wilayah yang mereka lewati serta mengislamkannya. Misalnya kerajaan Kohkarib, Selamiring, Selan, Ngabesah, Mesir, Serandil, termasuk Raja Jin dari Ngajerak. Para raja yang takluk tersebut kemudian menjadi pengikutnya dan turut mengantarkan mereka kembali ke Mekah.

Atas petunjuk pamannya, Betaljemur, Jayengmurti mengikuti sayembara yang diadakan Raja Nursewan. Sayembara tersebut menantang siapa pun yang bisa membunuh hewan buas raksasa 'Babru' yang mengancam negara Madayin, akan dihadiahi putrinya, Dewi Muninggar. Jayengmurti berhasil menaklukkan hewan tersebut, tetapi Raja Nursewan enggan menjadikannya menantu dan berusaha menghalangi pernikahan mereka dengan mengirim Jayengmurti untuk menaklukkan negara-negara yang dianggap mengancam Madayin.

Jayengmurti, selalu berhasil menaklukkan negara-negara tersebut, tetapi Raja Nursewan tetap menolak masuk Islam dan terus berusaha membunuh Jayengmurti dengan meminta bantuan dari kerajaan lain. Pada akhirnya Jayengmurti menyadari tipu daya dari Raja Nursewan. Dengan persetujuan pamannya, ia diam-diam menikahi Dewi Muninggar dan membawanya ke negara Puserbumi (Mekah). Marah karena putrinya dibawa kabur, Raja Nursewan mengirim pasukan untuk mengejar dan menyerang Jayengmurti, tetapi mereka dikalahkan. Raja Nursewan kemudian meminta bantuan Raja Jobin dari negara Kaos. Namun, pada akhirnya, baik Raja Nursewan maupun Raja Jobin takluk di tangan Jayengmurti.

Naskah Amir Ambyah memiliki 88 pupuh, 2.080 bait, 15.573 gatra, dan mencakup 54.413 kata (berdasarkan bait). Gaya penulisannya bervariasi (atau keliru) sehingga sering tidak selaras dengan aturan tembang macapat umumnya. Ejaan dan kosakata dalam naskah ini termasuk kurang baku dibandingkan dengan bahasa Jawa pedalaman. Hal ini menunjukkan kemungkinan adanya pengaruh dialek Jawa Timur, tempat asal penulis Wăngsalêksana, dan atau bahwa naskah ini mungkin disalin dari edisi aksara Pegon.

Penulis menggunakan metode yang tidak biasa untuk memperbaiki kesalahan penyalinan. Alih-alih mencoret karakter yang salah atau menggunakan sandangan ganda untuk menunjukkan penghapusan, penulis tampaknya hanya menuliskan karakter yang benar di atas atau di bawah karakter yang salah. Misalnya: tulu=nZnN [tulungana] (Pupuh 5.6.6); kf=lÑ|l [kadang kula] (Pupuh 11.12.9); alZi= [angling] (Pupuh 12.14.5); ni/®~%#i [nrêpati] (Pupuh 17.3.5); dan sebagainya. Terdapat lebih dari 240 contoh seperti ini, tetapi tidak semuanya jelas merupakan koreksi kesalahan, sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap gaya penulisan ini. Selain anomali tersebut, terdapat juga berbagai gaya ejaan yang tidak biasa dalam naskah ini. Salah satu yang menonjol adalah penggunaan pasangan yang tidak untuk mematikan vokal pada konsonan sebelumnya, khususnya untuk karakter sa, pa dan ha. Misalnya: saiSi[n [saisine] (Pupuh 3.23.2); arbiPut]i [arabi putri] (Pupuh 17.6.4); tekÑHi= [têka ing] (Pupuh 63.3.4); dan sebagainya. Secara keseluruhan, manuskrip ini, meskipun gaya penulisannya tidak konvensional, justru memberikan beberapa pengamatan paleografi yang menarik.

Deskripsi

Judul
Lain:The History of Ammir Ambiyah. N.M
Tipe:Naskah
Bentuk:Tembang
Bahasa:Jawa
Aksara:Jawa
Penyusun
Peran:Penyalin (Anulis)
Nama:Mas Ajêng Wăngsalêksana
Kedudukan:Sujalma midrê lêlana (Seorang pengembara)
Tempat:Jipang, Garobogan
Tanggal:Rabingulakir Dal: pănca tri pandhita jalma (AJ 1735). Tanggal Masehi: Juni 1808.
Jilid
Halaman:416 (208 folio)
Sumber
Katalog:British Library MSS Jav 45 Digital
Ukuran:27 x 21,5 cm
Kertas:Jawa
Penomoran:429 faksimili digital: ff. 1–208 + f. fblef + f. fbrig + f. bspi + ff. s1–s3 + f. se.
Digitalisasi
Tanggal:2024-08-31
Sumber dari:British Library MSS Jav 45 Digital
Pemindaian:British Library
Pengalih­aksaraan:Yayasan Sastra Lestari
Pengetikan:Yayasan Sastra Lestari